Assalamu'alaikum wr.wb.
Halloooo semuaaaaaaaaa! Aaaahh kembali lagi saya menulis di blog ini .. Kali ini, saya mau menceritakan sesuatu yang saya alami tadi siang. Mau tau kan? Mau dong! Harus dong! Kudu!!!! *pemaksaan* hehehe
Hmmm .. saya harus berkonsentrasi menceritakan hal ini. Ya, harus fokus! Jangan sampai ada yang terlewatkan, ok kan yaa? Yuk simak! Cuuuusss ..
Jadi, hari ini saya dan teman saya, bernama sebut saja Zia, hihihi *maaf yaa disamarkan* kami berencana untuk menilaikan pekerjaan praktikum ke dosen yang seharusnya praktikum hari kemarin sudah selesai *kliatan kan kalo belum selese*
Ok, kami buru-buru ke ruang praktek lantai 2 jam 10.00, tapi ternyata di ruang dosen kosong, ngek! Lalu saya dipanggil oleh salah seorang bapak penjaga di sana, beliau memiliki panggilan khusus kepada saya:
Si bapaknya: "Mbak, ngapain?" *dari kejauhan*
Saya: "Cari dosen, Pak! Liat dosen *tiiiiiiit* ngga?"
Si bapaknya: "tadi jam9 jaga di sini, trus barusan naik, ngajar di lantai 5"
Saya: "oooh, ya udah pak, saya ke sana aja. Makasih yaa pak .."
Akhirnya, saya dan Zia ke lantai 5. Hmmm kami buru-buru juga, karna sebenarnya saat itu sedang praktikum mata kuliah lainnya. Semoga di acc, begitu pengennya. Pas sampai di depan kantornya, saya melihat kursi beliau, beliau tidak ada, ngeeeeeeeeeeeeeeeek! Akhirnya saya dan Zia pasrah, mungkin bisa menilaikan hari Senin depan -______- huuuuff ya sudahlah! Saya dan Zia akhirnya memutuskan untuk kembali ke kegiatan awal, kembali ke lab sebelumnya, turun ke lantai 1 dan berjalan.
Saat saya dan Zia berjalan untuk berpindah gedung, Zia tiba-tiba berkata,"Itu ada bapak-ibu tua romantis ya?". Lalu saya melihat ke arah yang dimaksud Zia. Hmmm .. memang terlihat akur dan bersahabat beliau. Saya senang melihat orang tua yang dengan ikhlasnya membantu pasangannya, tulus. Saya dan Zia mempercepat langkah untuk ke gedung sebelah, tiba-tiba ada suara dari belakang bertanya pada kami:
Bapak2: "Mbak, mbak .. Di sini sedia kursi roda ngga ya? Itu ada yang mau periksa tapi susah jalan"
Saya: "waduh, kurang tau jg Pak" sambil menoleh ke Zia "tau ngga?"
Zia: "iya pak, kurang tau" sambil menoleh ke saya "aku ngga tau, gimana?"
Saya: ngomong ke Zia "apa kita tanyain aja ya?"
Zia: ngomong ke saya "tanyain ke siapa? ya manut"
Saya: ngomong ke bapak2 "sebentar yaa pak, saya tanyakan dulu"
Akhirnya saya dan Zia beranjak, bertanya ke sana, eh malah lagi rempong. Trus beranjak ke sini, saya bertanya,"Mbak, itu ada bapak2 tanya, mau pinjem kursi roda soalnya yang mau periksa ngga bisa jalan". Si mbak2 bilang,"coba tanya di sana, biasanya ada". Lalu saya dan Zia kembali ke sana, ke tempat awal. Gantian Zia yang bertanya,"Mbak, mau pinjem kursi roda, ada bapak2 nanya, mau buat yang periksa ngga bisa jalan". Si mbak2 lain di sana,"masuk ke dalem aja, tanya di dalem, pinjem di dalem". Akhirnya kami masuk, muter2 juga, bingung. Trus bertanya ke mbak2 yang mondar-mandir dan pake jas putih tak bernama,"Mbak, mau pinjem kursi roda dimana ya?". Si mbak2 berjas putih tak bernama akhirnya berkata apa yang kami tunggu sedari tadi,"ini di sini, ambil aja. tapi nanti kalo udah langsung dikembalikan ya?"
Lalu saya berkata pada Zia,"kamu ambil kursi roda, aku keluar bilang ke bapaknya ya?". Tanpa dikomando lagi, Zia masuk, saya keluar. Bak prajurit yang bergerak dengan cepat! zzzzz
Saya keluar, bapak tadi melihat saya dan berdiri, saya berkata,"Pak, kursi rodanya ada. Sebentar teman saya sedang mengambilkan ke sini. Ditunggu ya pak ..". Bapaknya,"iya Mbak, terimakasih yaa .."
Zia keluar membawakan kursi rodanya. Bapaknya membantu si ibu untuk duduk di kursi roda itu. Ibunya tampak lemas, tak bertenaga. Bapak itu kurang lebih berusia 65-70 tahun, si ibu berkerudung berusia lebih muda sedikit dari si bapak sepertinya. Lalu bapak itu bercerita,"orang ini sakit banyak Mbak". Maksud beliau adalah si ibu itu. Saya bertanya,"sakit apa pak? yang mau periksa ibu?". Bapak bercerita lagi,"Sakitnya banyak mbak. Sudah operasi berkali-kali. Sakit mata, operasi kandungan, stroke dan sakit gigi. Biayanya sudah habis 2 mobil terjual. Saya juga habis operasi otak. Dari 5 orang yang operasi, saya yang bisa hidup, biayanya sampe 35 juta". Saya turut perihatin melihat beliau bercerita. Zia bertanya,"giginya sakit kenapa Pak?". Bapaknya berkata,"giginya tu udah ...." terputus pembicaraan, karena bapak tadi dipanggil oleh Mbak2 di sana yang tadi kita tanyakan tentang kursi roda itu. Saya dan Zia berdiri di dekat ibu itu. Menunggu bapak2 tadi. Lalu bapak tadi berkata kepada ibu,"Ma, doktere ora ono. Sesuk rene meneh yo". Ibunya diam, tak bergeming. Saya juga bingung beliau berkata atau tidak. Lalu bapak tadi berkata lagi,"doktere ora ono, sesuk rene meneh. Sesuk gigine dicabut, dadi rene meneh yo?". Ibu itu sedikit mengangguk. Bapaknya kembali ke mbak2 awal tadi.
Saya dan Zia bingung hendak pergi atau menunggu. Akhirnya kami memutuskan untuk menunggu beliau, karena kursi roda itu tadi yang meminjam kami, jadi kami sebaiknya mengembalikan lagi. Setelah bapaknya selesai ngomong ke mbaknya tadi, Zia bertanya,"Bapak setelah ini pulang?". Bapaknya menjawab,"Iya ini mau pulang". Zia bertanya lagi,"Ini kursi rodanya gimana ya pak?" bingung mau berkata seperti apa? Tapi bapaknya paham maksud kami. Bapaknya berkata,"Saya pulang lewat sini mbak, naik becak. Saya anter ibu ini dulu ya, baru nanti saya kembalikan ke sini". Saya dan Zia bingung lagi untuk menunggu atau ikut. Akhirnya kami mengikuti beliau. Kami bingung, jangan2 bapak ini ngga tau dimana jalan keluar, trus becaknya dimana? Zia berkata,"itu becaknya, ternyata ditungguin, tadi naik becak juga". Melihat agak jauh, ibu itu dinaikkan ke becak, saya dan Zia mendekat. Saya mengambil tas yang digantung di kursi roda itu, milik bapak dan ibu itu,"Monggo, Pak!" Bapaknya,"trimakasih banyak yaa mbak. Mbaknya baru masuk sini?". Saya bingung menjelaskannya,"Nggak, Pak. Saya sebentar lagi juga praktek ke pasien". Bapaknya berkata ke ibu,"Mbak2 iki mahasiswa terbaik ning kene". Saya dan Zia tertawa bersama, terharu. Bapaknya berkata kepada kami,"Kalau semua orang di sini seperti Mbak2 ini, pasti bagus". Saya dan Zia tersenyum. Zia bertanya ke bapak,"Bapak rumahnya dimana?" Bapaknya bilang,"Mbak2 kapan2 boleh mampir warung saya. Nanti di sana ngga ketemu ibu ini, tapi anaknya". Saya berkata,"lho?" Zia tertawa, ibu itu juga ikut tertawa. Pak becak juga memberi tahu denah rumahnya yang dimaksud. Ibu2 itu berbicara kepada saya tentang denah rumahnya yang dekat optik, namun berbicara sudah kurang jelas. Lalu, bapak itu bercerita lagi,"Ibu ini dulu waktu sehat, dipegang gini aja udah marah. Katanya,'ojo ndemok2 to, aku risih'. Tapi karena sekarang lagi sakit, ya ngga bisa lagi begitu". Bapaknya berkata sambil mempraktekkan tangannya memegang di lutut dan bahu si ibu. Eh, si ibu ketawa. Bapaknya cerita lagi,"ini mending Mbak, ada kemajuan bisa ketawa. Kemarin2 dia nangis terus". Lalu saya bilang,"cepat sembuh yaa bu .." Zia menambahkan,"semangat ya bu! cepat sembuh". Bapaknya bilang,"terimakasih yaa Mbak". Saya dan Zia pamit masuk dan mengembalikan kursi roda itu.
Waaah .. Ntah kenapa, saya ikut senang melihat ibu2 itu tertawa. Saya senang bisa membantu beliau walaupun ngga jadi periksa, dan kursi roda dikembalikan lagi. Saya terharu melihat si bapak yang dengan setia mengantarkan ibu itu periksa. Saya tidak tau bapak itu suami, adik, saudara, atau tetangga si ibu. Yang saya tau, si bapak tulus melakukan kepada ibu itu. Orang tua, saya sangat menghargai beliau. Siapapun beliau. Saya ingin melihat orang tua yang ada dapat menikmati masa tuanya dan sisa hidupnya dengan senang dan bahagia. Semoga ibu tadi segera sehat dan bapak bisa terus menemani ibu tadi. Saya berharap bisa bertemu mereka lagi. Sayang sekali saya tidak sempat menanyakan namanya. Zia sempat terharu dan menitikkan air mata melihat beliau. Dan terlihat, cintanya tidak pernah berakhir :')
If you want a happy ending, that depends, of course, on where you stop your story. -Orson Welles
Love is life's end, but never ending. Love is life's wealth, never spent, but ever spending. Love's life's reward, rewarded in rewarding.
Spencer,Herbert
Semoga kita bisa menjaga cinta kita sampai tua nanti, bahkan sampai meninggal.
Tulus dan ikhlas, karena Allah.
Wassalamu'alaikum wr.wb.