Definisi
Gingivitis merupakan penyakit periodontal stadium awal berupa peradangan pada gingiva, termasuk penyakit paling umum yang sering ditemukan pada jaringan mulut.
Etiologi
Gingivitis biasanya terjadi saat penggosokan gigi dan flossing (membersihkan gigi dengan menggunakan benang gigi) yang tidak benar, sehingga plak tetap ada disepanjang garis gusi. Plak merupakan suatu lapisan yang terutama terdiri dari bakteri dan merupakan penyebab utama dari gingivitis. Plak lebih sering menempel pada tambalan yang salah satu atau disekitar gigi yang terletak bersebelahan dengan gigi palsu yang jarang dibersihkan. Jika plak tetap melekat pada gigi selama lebih dari 72 jam, maka akan mengeras dan membentuk karang gigi (kalkulus).
Ada tiga faktor utama penyebab timbulnya plak gigi, yaitu lingkungan fisik, waktu dan adanya nutrien. Lingkungan fisik yang mempengaruhi pembentukan plak gigi adalah anatomi dan posisi gigi, anatomi jaringan sekitar gigi, struktur permukaan gigi, gesekan oleh makanan dan jaringan sekitarnya, serta tindakan kebersihan mulut. Pengaruh waktu pada pembentukan plak gigi adalah semakin menumpuknya plak gigi seiring dengan waktu. Artinya, jika plak gigi tidak secepatnya dibersihkan, maka akan semakin banyak terdapat plak pada permukaan gigi. Pengaruh nutrien seperti kekurangan vitamin C dan niasin juga dapat menyebabkan gingivitis, pengaruh nutrien juga muncul dalam bentuk air ludah, cairan gusi, makanan atau minuman.
Faktor lainnya yang akan semakin memperburuk peradangan adalah pubertas, konsumsi pil KB, kehamilan, menopause (desquamative gingivitis), kebiasaan merokok, kebiasaan bernafas lewat mulut,dan alergi (Cinnamon Gum) (Newman dkk., 2002) .
Medikasi juga dapat menyebabkan gingivitis. Beberapa di antaranya adalah cylosporine (obat untuk rheumatoid arthritis dan penyakit autoimun lainnya), phenytoin (obat untuk mengontrol epilepsi), dan calcium chanel blocker seperti nefidipine ( obat untuk mengontrol darah tinggi dan kelainan jantung lainnya) (Laskaris, 2003).
Infeksi virus juga dapat menyerang gingiva, salah satunya adalah virus herpes simpleks. Virus ini meyebabkan ulkus kecil multipel di gingiva dan bagian mulut lainnya. Penyakit jaringan periodontal yang disebabkan oleh virus ini biasa disebut sebagai acute herpetic gingivostomatitis. Akan tetapi, penyakit ini hanya menyerang orang yang baru pertama kali terinfeksi virus herpes.
Gejala Klinis
Gusi yang mudah berdarah adalah salah satu tanda-tanda dari radang gusi (gingivitis). Gingivitis biasanya ditandai dengan gusi bengkak, warnanya merah terang, dan mudah berdarah dengan sentuhan ringan. Kebanyakan orang memiliki tanda-tanda klinis peradangan gingiva di lokasi satu atau lebih dari mulut mereka. Namun luas dan keparahan inflamasi bervariasi dari orang ke orang dan dari satu populasi yang lain. Variabilitas seperti ini terutama refleksi dari perbedaan pribadi dalam kesehatan gigi.
Patogenesis
Patogenesis gingivitis dibagi menjadi 3 tahap :
1. Lesi awal
Pada tahap ini, bakteri yang terdapat pada plak hanya menyerang jaringan periodontal dalam batas normal dan hanya berpenetrasi superfisial. Bakteri ini dapat memproduksi beberapa faktor yang dapat menyerang jaringan baik secara langung maupun tidak langsung dengan cara merangsang reaksi imun dan inflamasi. Plak yang terakumulasi secara terus menerus khususnya di regio interdental akan menyebabkan inflamasi pada daerah itu dan kemudian biasanya akan menyebar ke daerah leher gigi.
2. Gingivitis dini
Bila deposit plak tetap ada, maka proses inflamasi akan berlanjut disertai dengan meningkatnya aliran cairan gingiva dan migrasi PMN. Terjadi pemisahan sel epitelium junctional dan epitelium krevikular serta proliferasi sel basal. Fibroblas terdegenerasi dan bundel kolagen serabut dentogingiva pecah menyebabkan marginal gingiva lemah. Pada tahap ini, papila interdental akan menjadi lebih merah dan bengkak serta mudah berdarah saat probing.
3. Gingivitis tahap lanjut
Dalam waktu 2-4 minggu, akan terbentuk gingivitis yang lebih parah lagi. Pada tahap ini, gingiva tampak merah, bengkak dan mudah berdarah. Dengan bertambah parahnya kerusakan kolagen dan pembengkakan karena inflamasi, tepi gingiva akan mudah dilepas dari permukaan gigi dan memperbesar kemungkinan terbentuknya poket gingiva atau poket palsu (false pocket). Bila oedema/pembengkakan cukup besar, maka poket gingiva juga akan semakin dalam.
Bila inflamasi sudah menyebar di sepanjang serabut transeptal maka akan terlihat adanya resorbsi puncak tulang alveolar. Resorbsi ini bersifat reversibel. Pada tahap ini juga belum ditemukan adanya invasi bakteri pada epitelium maupun jaringan ikat.
Kerusakan dan penyembuhan gingivitis berlangsung bergantian dan proporsi dari tiap-tiap proses ini akan mempengaruhi warna dan bentuk gingiva. Bila inflamasi yang dominan, maka jaringan akan berwarna merah, lunak dan mudah berdarah. Jika produksi jaringan fibrosa yang dominan, maka gingiva akan keras dan berwarna merah muda walaupun bengkak dan pendarahan berkurang, bahkan tidak ada.
Pengobatan Gingivitis
Gingivitis dapat dicegah melalui kebersihan mulut secara teratur yang mencakup setiap hari menyikat gigi dan flossing. Sikat interdental juga berguna dalam membersihkan gigi dari plak. Hidrogen peroksida, garam, alkohol atau mencuci mulut klorheksidin juga dapat digunakan. Pilihan pengobatan lainnya adalah tablet kortikosteroid atau salep kortikosteroid yang dioleskan langsung ke gusi. Program pengendalian ketat plak bersama dengan scaling periodontal dan kuretase juga telah terbukti sangat membantu, meskipun menurut American Dental scaling, Asosiasi periodontal dan root planing dianggap sebagai pengobatan untuk penyakit periodontal, bukan sebagai pengobatan pencegahan untuk penyakit periodontal. Dalam review 1997 data efektivitas FDA menemukan bukti jelas yang menunjukkan bahwa pasta gigi yang mengandung triclosan efektif dalam mencegah radang gusi.
Di banyak negara, seperti Amerika Serikat, obat kumur yang mengandung chlorhexidine tersedia hanya dengan resep. Peneliti menganalisis data pemerintah tentang konsumsi kalsium dan indikator penyakit periodontal pada hampir 13.000 orang dewasa AS. Mereka menemukan bahwa pria dan wanita yang memiliki asupan kalsium kurang dari 500 miligram, atau sekitar setengah recommended dietary allowance, hampir dua kali lebih mungkin untuk memiliki penyakit gusi, yang diukur dengan hilangnya perlekatan gusi dari gigi. Asosiasi itu sangat jelas bagi orang-orang berusia 20-an dan 30-an.
Riset mengatakan hubungan antara kalsium dan penyakit gusi kemungkinan karena peran kalsium dalam membangun kepadatan tulang alveolar yang mendukung gigi. Mencegah penyakit gusi juga dapat manfaat jantung yang sehat. Menurut dokter dengan Lembaga Kedokteran Baik di Pennsylvania Medical Society, kesehatan mulut yang baik dapat mengurangi risiko kejadian kardiak. Kesehatan mulut yang buruk dapat menyebabkan infeksi yang dapat melakukan perjalanan dalam aliran darah.
Fokus pengobatan untuk radang gusi adalah pengangkatan dari agen (penyebab) etiologi, plak. Terapi ditujukan pada pengurangan bakteri oral, dan dapat mengambil bentuk kunjungan periodik rutin ke profesional gigi bersama dengan perawatan kebersihan mulut yang memadai di rumah. Dengan demikian, beberapa metode yang digunakan dalam pencegahan gingivitis juga dapat digunakan untuk pengobatan radang gusi nyata, seperti scaling, root planing, kuretase, mencuci mulut yang mengandung chlorhexidine atau hidrogen peroksida, dan flossing. Sikat interdental juga membantu menghilangkan agen penyebab. Gingivitis yang diakibatkan kekurangan vitamin C dan niasin dapat diatasi dengan tambahan konsumsi vitamin. Pada penderita gingivitis deskuamativa pengobatannya menggunakan tablet kortikosteroid atau salep kortikosteroid yang dioleskan langsung ke gusi.
Jika tindakan ini tidak cukup, permen operasi atau pengobatan dengan metronidazol dapat pilihan lain. Menggunakan metronidazol ketika cara pengobatan seperti scaling, root planing, kuretase, mencuci mulut yang mengandung chlorhexidine atau hidrogen peroksida, dan flossing tidak cukup atau belum sembuh. Metrodinazol memiliki aktivitas tinggi terhadap bakteri anaerob. Metronidazole memiliki efek oral pada mikrobiota subgingiva dan dapat menembus cairan sulkus gingiva dan saliva. Setelah beberapa kali pemberian dosis 250 mg, metronidazole dapat mencapai konsentrasi 26,7 mg/ml dalam cairan sulkus gingiva, dan dosis tunggal 750 mg metronidazole memberikan konsentrasi 8,7-13,8 mg/ml pada cairan sulkus gingival.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar